Ribuan Warga Minang Tumpah Saksikan Penobatan Sultan Pagaruyung

Suarindonesia – Penobatan Sultan Pagaruyung berlangsung khidmat dan meriah, sekitar 5000 masyarakat minang tumpah ruah menyaksikan dan memberikan doa restu penobatan Sultan Pagaruyung Minangkabau yang baru, yaitu DR muhammad Farid Thaib Raja Alam Darul Qorar. Acara penobatan dipusatkan di istana Silinduang Bulan, Kecamatan Tanah Datar, Kota Bayusangkar, Provinsi Sumatra Barat.

Acara tersebut dipenuh dengan nuansa adat minang yang kaya dengan nilai agama dan budaya, baik yang disampaikan murni dengan bahasa minang maupun bahasa nasional. Maklum, acara ini tergolong langka, boleh jadi baru dialami seumur hidup karena Sultan terakhir dinobatkan pada akhir abad ke-18 sedangkan Sultan yang dinobatkan sekarang adalah Sultan ke- 22.

Ketua Forum Silaturrahmi Keraton Nusantara (FSKN) sekaligus Anggota Dewan Agung Majelis Raja Sultan Indonesia, Sultan Banjar Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah diminta untuk memberikan sambutan mewakili raja sultan Indonesia.

Dalam sambutannya, Sultan Banjar menyampaikan doa atas wafatnya sultan terdahulu dan mengucapkan selamat serta tahniah atas penobatan sultan yg baru. Sultan menekankan bahwa posisi raja sultan zaman sekarang sangat dekat dengan rakyat, tidak ada jarak dengan rakyat, hanya seranting di atas dan sedepa di depan. Menurutnya, dengan begitu rakyat dapat menjadikan lembaga kesultanan sebagai tempat rakyat menyampaikan kegundahan hatinya.

Sultan Banjar juga sempat mengajak seluruh tamu undangan untuk menyampaikan doa dan surah Al-fatihah untuk para korban gempa tsunami di Donggala, Palu. Sultan Banjar meminta agar Kesultanan Nusantara termasuk Kesultanan Pagaruyung untuk terus mewakafkan dirinya bagi kemajuan kebudayaan dan peradaban nusantara yang bercorak melayu islam.

Selain itu, Sultan mengatakan bahwa terkait meningkatnya suhu politik menjelang Pilpres dan pemilu legislatif 2019, Ia meminta agar raja sultan turut memelihara persatuan dan kesatuan, mengembangkan akhlak mulua dan sopan santun dalam berpolitik, sehingga terhindar dari gesekan yg dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasri Abid Datok Malintang Panai menekankan bahwa kerajaan kesultanan merupakan aset nasional dan kekayaan sejarah budaya yg tidak ternilai harganya. Menurutnya, pemerintah daerah siap bekerja dan mendukung semua program kerajaan kesultanan, karena baginya kesultanan merupakan mitra untuk membangun bangsa, terutama dalam ranah budaya.

“Bahkan kerajaan kesultanan memberikan sumbangsih besar bagi daerah, baik dalam kemajuan peradaban masa lalu maupun masa sekarang,” tegasnya.

Ia menuturkan ihwal pada masa lalu Kerajaan Kesultanan menanamkan nilai nilai adiluhung yang bercorak melayu islam sehingga pada masa sekarang kerajaan kesultanan tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata, khususnya wisata sejarah dan budaya. Tambahnya, meskipun suatu daerah tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang kaya dan berlimpah, akan tetapi kalau kebudayaannya dikelola dengan baik maka akan mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar.

Senada dengan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Bupati Tanah Datar, Irdinansyah Tarmizi mengungkapkan bahwa wisatawan terus bedatangan ke Tanah Datar, sebab terdapat wisata sejarah dan budaya di dalamnya yaitu Istana Pagaruyung dengan kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Oleh karena itu, pemerintah daerah tidak ragu untuk mendukung kerja budaya yang dilaksanakan oleh pihak kesultanan, termasuk mendukung penuh pembangunan istana yang baru terbakar dan akan menyediakan dana APBD untuk pengelolaan rutin.

Adapun kemeriahan acara Penobatan Sultan Pagaruyung kali ini tak lepas dari dukungan raja sultan khususnya di kawasan Sumatera Barat. Bahkan, sudah menjadi tradisi sejak lama agar saling membantu, baik secara moril maupun materil. Bantuan yang paling sering adalah berupa pemotongan kerbau dan dagingnya akan dimakan bersama rakyat. Selain itu, kerbau juga simbol perhormatan serta keperkasaan sultan yang dilantik. Tradisi saling bantu dan selalu kompak ini tidak terlepas dari prinsip minang saiyo sakato dan sakato alam. Agama menyuruh saling bantu dalam kebaikan dan adat melaksanakan. Pribahasa setempat mengatakan, sara mangato, adat mamakai.

Tak hanya sesama raja sultan yang saling bantu, tapi rakyat juga ikut berpartisipasi aktif. Bahkan, ada yang memberi kambing, ayam, itik, telur, beras, sayur, buah-buahan dan lain-lain. Bukan hanya itu, partisipasi juga disertai dengan bantuan tenaga. Tidak kurang 300 orang rakyat ikut bekerja mensukseskan acara tersebut karena dengan begitu beban dari keluarga raja sultan tidak terlalu berat dan seterusnya mereka bekerja secara bergiliran seperti arisan. (BY)

 677 kali dilihat,  1 kali dilihat hari ini

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!