SuarIndonesia — Vive la résistance! Panjang umur perlawanan! Begitulah slogan perjuangan yang terus berdengung dari masa lalu ke masa kini. Di Myanmar, warga sipil melawan Junta Militer lewat gim daring (game online).
Dikutip detikNews dari BBC, Senin (4/9/2023), kudeta pihak militer terhadap pemerintahan negara yang dulu dikenal sebagai Burma itu terjadi pada Februari 2021.
Sampai kini, konflik politik nan berdarah belum kelar juga. Lebih dari 4.000 orang tewas di tangan militer sejak saat itu, menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. PBB mengatakan jumlah korban tewas “kemungkinan jauh lebih banyak”.
Mengukur jumlah korban pihak militer sulit dilakukan karena militer mengakui terdapat korban, tetapi tidak memberikan angka pastinya.
Pemerintah Persatuan Nasional – pemerintahan sipil Myanmar yang digulingkan militer – mengatakan aksi perlawanan telah menewaskan 20.000 tentara, tetapi BBC belum dapat mengecek kebenaran angka tersebut.
Di seberang kubu militer, ada kelompok bernama PDF atau People’s Democratif Front, bahasa Indonesianya adalah Pasukan Pertahanan Rakyat. Ada warga yang membuat game tentang perang PDF vs Junta Militer Myanmar.
Game perlawanan
Ada warga bernama Ko Toot yang marah karena tentara Myanmar telah menangkap teman dan istri temannya yang hamil saat itu. Meski belakangan, teman dia dibebaskan.
“Mereka tidak pernah melakukan tindakan kriminal apa pun dalam hidup mereka, kata Ko Toot tentang temannya dan istrinya yang ditahan karena mendukung gerakan pro-demokrasi.
Ko Toot menggunakan keterampilan Teknologi Informasi (TI) untuk melakukan perlawanan. Dia mengembangkan gim selular berbasis aplikasi. Berkat gim itu, dia dapat mengumpulkan dana untuk perlawanan anti-militer sekaligus membuat berang junta yang berkuasa.
Ko Toot memutuskan dia harus menjadi bagian dari gerakan untuk menggulingkan militer yang “kejam dan berbahaya”.
Dia lantas mulai mengembangkan permainannya. Ko Toot berbicara kepada BBC melalui pesan teks pada aplikasi terenkripsi, dan tidak mau mengungkapkan lokasinya. Kami menggunakan nama samaran demi keselamatannya.
Tujuan Ko Toot adalah mengumpulkan dana untuk memasok senjata dan bantuan kemanusiaan kepada pasukan anti-militer, yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF). Ko Toot juga ingin meningkatkan kesadaran tentang situasi di negara tersebut.
“Saya merasa bantuan dan kesadaran internasional sangat terbatas, ujarnya, seraya membandingkan pemberitaan mengenai krisis di Myanmar dengan pemberitaan mengenai invasi Rusia ke Ukraina.
The PDF Game
Gim yang dikembangkan Ko Toot diluncurkan dengan judul The PDF Game pada awal 2022. PDF adalah singkatan dari People’s Defence Force atau Pasukan Pertahanan Rakyat.
Gim ini gratis untuk diunduh. Uang yang didapatkan berasal dari iklan-iklan yang ditonton setiap pemain ketika sedang bermain.
Ko Toot memperkirakan total pendapatan yang terkumpul sejauh ini sekitar US$508.000 (senilai Rp7,7 miliar).
Menurut perkiraannya, sekarang dia menghasilkan antara US$70.000 (senilai Rp1,06 miliar) hingga US$80.000 (senilai Rp1,22 miliar) per bulan, dan mengeklaim angka tersebut “meningkat setiap bulan”.
Para pemain berperan sebagai tentara PDF yang berperang melawan pasukan militer, dan melakukan misi yang mirip dengan misi nyata di Myanmar.
Ko Toot mengatakan dia menciptakan karakter-karakter berdasarkan orang-orang di dunia nyata yang melawan militer, termasuk dokter, warga Muslim, dan anggota komunitas LGBT.
Dia mengatakan penting untuk mendokumentasikan mereka karena “mereka berperang dalam perang yang sebenarnya.
Gim ini tersedia di toko aplikasi Google dan Apple, meskipun menghadapi masalah karena kebijakan perusahaan seputar peristiwa sensitif, kata Ko Toot.
Di Google Play gimnya diubah namanya menjadi “War of Heroes – The PDF Game“.
Google mengatakan pihaknya tidak mengizinkan aplikasi yang “memanfaatkan atau tidak sensitif terhadap peristiwa sensitif”, tetapi konten tersebut secara umum diperbolehkan jika “bertujuan untuk memperingatkan pengguna atau meningkatkan kesadaran” tentang peristiwa tersebut.
Di App Store milik Apple, nama gim ini juga harus diubah menjadi “War of Heroes“, sebelum akhirnya dihapus dari platform – ini merupakan “pukulan besar”, kata Ko Toot.
Apple mengatakan aplikasi tersebut melanggar pedomannya – terutama bahwa musuh dalam gim “tidak semata-mata menargetkan pemerintah, perusahaan, atau entitas nyata lainnya”, tetapi juga kebijakan seputar konflik kekerasan.
Gimnya telah diaktifkan kembali setelah Ko Toot membuat perubahan-perubahan, termasuk pada karya seni aslinya, serta penghapusan beberapa misi militer.
“Ini jelas merupakan kabar baik, dan kami berharap dapat memperoleh lebih banyak pendapatan sekarang, katanya.
Permainan ini juga memicu kemarahan junta yang berkuasa di Myanmar, yang pada bulan April mengeluarkan pemberitahuan di media pemerintah.
Junta memperingatkan masyarakat bahwa mereka dapat menghadapi tindakan hukum karena “memainkan permainan PDF.
Mereka mengatakan “organisasi teroris, seperti Pemerintah Persatuan Nasional di pengasingan, telah menciptakan permainan tersebut untuk mengumpulkan dana bagi PDF, “menyebarkan ketidakpercayaan terhadap militer, dan dengan demikian “menumbuhkan semangat revolusioner anti-tentara.
Ko Toot tidak terpengaruh oleh ancaman militer. “Saya tidak peduli apa yang mereka katakan,” katanya. (*/UT)