Suarindonesia – Setelah sebelumnya Menteri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Yohana Yembise memberikan penghargaan, kini giliran Kapolda Kalsel, Irjen Polisi Yazid Fanani berikan reward kepada Kapolres Banjar, AKBP Takdir Mattanete. Reward yang diberikan bertepatan dengan pelaksanaan upacara bendera memperingati Hari Kesaktian Pancasila, di Mapolda Kalsel, Senin (1/10).
Itu semua atas inovasi dan programnya selama menjabat Kapolres Banjar yakni non IT Kabinaktakar (Kami Bina Anak Menjadi Pintar) dan Polres Ramah Anak.
Apa dilakukan telah mengukir prestasi sejarah. Karena sebelumnya dengan program itu meraih penghargaan sebagai Polres `ramah anak` pertama di Indonesia, yang diberikan Menteri (PPPA) RI, di Dyandra Convention Center Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini bertepatan peringatan Hari Anak Nasional.
“Semoga dengan reward ini, Polres Banjar semakin kreatif dalam menciptakan inovasi, baik inovasi yang berbasis IT maupun non IT, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik serta agar kepolisian lebih dekat dan dicintai masyarakat,” kata Kapolda Kalsel saat itu.
Sementara Kapolres Banjar AKBP Takdir Mattanete didampingi Kasat Binmas, AKP Amalia Afifi menyatakan sangat senang atas apresiasi diberikan kapolda.
“Iya, Alhamdulillah, reward ini kami persembahkan buat seluruh keluarga besar Polres Banjar. Khususnya Ibu Kasat Binmas yang telah bekerjakeras tanpa kenal lelah dalam menjalankan program Kabinaktar dan Polres Ramah Anak di Polres Banjar, sehingga program tersebut berbuah reward dari Kapolda Kalsel,” AKBP Takdir Mattanete, Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1998 tersebut.
Kapolres Banjar mengungkapkan pihaknya akan selalu berusaha menciptakan inovasi baru guna menunjang pelayanan publik yang lebih transparan, humanis agar dapat mewujudkan Program Promoter (Profesional, Humanis dan Terpercaya) yang digagas oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Diketahui, Takdir yang pernah menjabat sebagai Satreskrim Polrestabes Surabaya kerap kali menangani kasus-kasus yang menyangkut anak-anak. Salah satu yang sempat menghebohkan Surabaya adalah kasus pencabulan yang dilakukan guru seni musik sebuah TK di Siwalankerto, Juli 2015.
Dari pengalaman menangani kasus yang menyangkut anak-anak, Takdir berinisiatif melakukan program perlindungan kepada anak-anak.
Kini, melalui programnya Kami Bina telah memiliki 350 anak-anak binaan. Di sana, ketrampilan dan kreatifitas anak-anak tersebut terus diasah. (ZI)