Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN), Sultan Banjar Sultan Haji Khairul Saleh al-Mu’tashim Billah hadiri Penobatan dan Malewa Gala Sultan Pagaruyung. (Foto: istimewa/suarindonesia.com)
Suarindonesia – Keluarga Besar Kesultanan Pagaruyung mengundang Dewan Agung Majelis Raja Sultan Se-Indonesia dan Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN), Sultan Banjar Sultan Haji Khairul Saleh al-Mu’tashim Billah dalam rangka Penobatan dan Malewakan Sultan Pagaruyung, Kamis (27/9/2018).
Sultan mengatakan bahwa pada tahun 2011 yang lalu, rombongan Kesultanan Banjar telah melakukan lawatan muhibah ke Pagaruyung sebagai bagian dari perjalanannya menghadiri Milad Kesultanan Siak Sri Indrapura Provinsi Riau. Dan rombongan disambut hangat oleh Keluarga Besar Sultan Pagaruyung yaitu Pemangku Daulat Yang Dipertuan Sultan Muhammad Taufik Thaib Tuanku Mudo Mahkota Alam almarhum.
Setelah itu, beberapa bulan lalu pihaknya pun terkejut dan turut berduka cita pasca mendengar bahwa yang bersangkutan telah berpulang ke Rahmatullah. Oleh karena itu, pihaknya dari Kesultanan Banjar khususnya dan umumnya para raja sultan yang tergabung dalam Majelis Raja Sultan Se-Indonesia dan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya disertai doa.
“Semoga wafatnya beliau dalam keadaan husnul khatimah, diampuni segala dosanya, dilipatgandakan amal pahalanya dan mendapat tempat yang mulia di hadirat Allah SWT,” ujarnya.
Mantan Bupati Kabupaten Banjar dua periode ini mengungkapkan bahwa kehadirannya kali ini tentu dalam rangka bersilaturahmi sekaligus menghadiri Penobatan dan Malewa Gala Sultan Pagaruyung yaitu Sultan Dr Muhammad Farid Thaib Tuanku Abdul Fatah Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Minangkabau Pagaruyung Darul Qarar. “Duli beribu maaf kalau kami tak lah begitu lancar menyebut nama dan gelar kebangsawanan yang berlaku di sini.”
Ia berharap, agar Sultan Pagaruyung dapat meneruskan misi dan visi Kesultanan Pagaruyung dalam rangka memajukan budaya Minang secara khusus dan budaya Nusantara pada umumnya. Ia yakin Raja Pagaruyung bersama Permaisuri dapat mengemban tugas yang luhur dan mulia ini. Tiadalah kekal amal tanpa niat ibadah, tiadalah budaya tanpa faedah.
“Insya Allah harapan kita akan diijabah. Aamiin ya Rabbal Alamin,” katanya sembari berdoa.
Menurutnya, rasa syukur terdalam harus dihaturkan bahwa pasca reformasi hingga saat ini Pemerintah memberikan tempat yang sepatutnya kepada Kerajaan-Kesultanan dan segenap lembaga-lembaga adat dan budaya Nusantara. Pemerintah semakin menyadari bahwa raja-sultan Nusantara merupakan pewaris sejarah masa lalu, yang selama berabad-abad lampau telah memberikan sumbangsih besar dalam menjaga maruah bangsa. Memberikan sumbangsih bagi kemajuan peradaban Nusantara, khususnya peradaban saling menghargai dan menghormati sesama anak bangsa.
Sultan Banjar berujar ihwal Petuah dari ranah Minang, “dimana bumi dipijak di situ langit dijunjuang” misalnya adalah bentuk sumbangsih besar dalam ranah sastra dan budaya Nusantara. Pepatah mengilhami bangsa-bangsa nusantara dalam membangun kesetaraan, membangun silaturrahmi dan membangun kebersamaan dalam keberagaman latar belakang bangsa dan agama. Kesadaran ber-Bhineka menjadi modal. sosial Nusantara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tetap kokoh sampai kapan pun.
“Negara-negara Eropa berdiri atas berbagai suku bangsa namun melahirkan puluhan negara, sedang kita cukup satu NKRI saja,” tegasnya.
Menurutnya, realitas ini tidak akan bisa dilepaskan dari peranan Kerajaan–Kesultanan di Indonesia. Untuk itu Kerajaan–Kesultanan Nusantara harus tetap menghadirkan dirinya di tengah masyarakat sebagai bagian dari sejarah, yang yang terus mewakafkan dirinya untuk kebaikan umat manusia. Nilai-nilai adiluhung, nilai-nilai adab sebagai kearifan lokal dipersatukan dalam Peradaban Nusantara. Maka saat ini dan seterusnya keraton menjadi benteng utama tegaknya kebudayaan lokal.
Untuk itu, momentum Penobatan Sultan Pagaruyung, sebagai bagian Majelis Raja-Sultan Se-Indonesia dan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara, menjadi tonggak kokoh fungsi-fungsi pelestari dan pengembang kebudayaan yang terus memproduksi nilai-nilai adab sebagai kearifan lokal dipersatukan dalam Peradaban Nusantara. Maka saat ini dan seterusnya keraton menjadi benteng utama tegaknya kebudayaan lokal.
Untuk itu, momentum Penobatan Sultan Pagaruyung, sebagai bagian Majelis Raja-Sultan Se-Indonesia dan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara, menjadi tonggak kokoh fungsi-fungsi pelestari dan pengembang kebudayaan yang terus memproduksi nilai-nilai luhur dalam konteks zamannya.(BY)
1,012 kali dilihat, 1 kali dilihat hari ini