SuarIndonesia – Energi batubara berpotensi dijadikan metanol dan LPG, dan Pemprov Kalsel mulai membidik hal tersebut, sebab kandungan cadangan batubara di Kalsel cukup besar.
Kepala Dinas Perindustrian Kalsel, Mahyuni, menambahkan terdapat empat sektor industri unggulan Kalsel. Pertama, sektor sumber daya alam (SDA) karet yang baru diproduksi setengah jadi bisa memproduksi 15 ribu ton per bulan.
Pada sektor Crude Palm Oil (CPO) di Kalsel setiap hari bisa menghasilkan 2.000 ton per jam. “CPO sudah diolah menjadi hilirisasi industri yakni menjadi industri minyak goreng di Kotabaru,” urai Mahyuni.
Bahan baku ketiga, sambung Mahyuni yakni batubara. Cadangan batubara di Kalsel mecapai miliaran ton.
Jika bisa digarap hilirisasi maka energi batuara bisa menjadi metanol dan diturunkan lagi menjadi LPG.
“Kita masih ketergantungan LPG ke negara luar, dan jika bisa dioptimalkan maka bisa menurunkan ketergantungan impor LPG di Kalsel,” sebut Mahyuni.
Selain itu, sambung Mahyuni, hilirisasi batubara juga bisa diubah menjadi biji besi dan plastik dan juga bisa menjadi pupuk yang diolah menjadi amoniak.
“Hilirisasi batubara di Kalsel yang dilakukan yakni ada smelter di Kotabaru yang mengolah biji besi.
Investasinya disiapkan oleh Badan investasi nasional dan Kita di Kalsel menyiapkan kajian jasa konsultan ke arah baja karbon dan baja paduan,” urainya.
Sementara itu, Pejabar Gubernur Kalsel, Safrizal ZA, mengatakan Provinsi Kalsel memiliki potensi yang cukup besar di sektor industri.
Ia menyebut Kalsel memiliki luas lahan yang signifikan dan potensi tanam yang cukup, sehingga harus merumuskan jenis-jenis industri yang diprioritaskan.
Disebutkanya tak bisa semua sektor menjadi prioritas, sebab akan mengurangi bahan baku.
“Kita harus prioritas di beberapa sektor agar bisa fokus, termasuk penetapan industri turunannya,” ujar Safrizal, Rabu (17/3/2021) di sela Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan (Rakortekrenbang) Urusan Perindustrian se Kalsel di Hotel Rattan Inn.(RW)