SuarIndonesia – Rumah Potong Hewan (RPH) Basirih kebanjiran permintaan untuk proses penyembelihan hewan kurban tahun ini. Hal ini terjadi lantaran Idul Adha kali ini masih di masa pandemi CoVID-19 atau virus Corona.
Warga atau panitia kurban lebih memilih menyembelih hewan kurban di RPH, lantaran dinilai lebih aman. Selain itu yang jadi pertimbangan lain juga untuk menghindari terjadinya kerumunan saat proses penyembelihan.
“Sudah ada 32 ekor yang diajukan. Ini rencana ada lagi sekitar 40 lebih,” ucap Kepala UPT RPH RPU, Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin, Agus Siswadi, Selasa (07/07/2020).
Agus menjelaskan, di RPH Basirih sendiri saat ini memiliki 12 unit mesin penyembelihan sapi, di mana alat ini bisa melayani penyembelihan sebanyak 20 sampai 25 ekor sapi per harinya.
“Kalau tahun lalu ada mungkin tak sebanyak kali ini. Ya memang ada, tapi tidak terlalu banyak seperti sekarang,” jelasnya.
Untuk proses penyembelihan, ujar Agus, memang dipungut biaya. Akan tetapi biaya tersebut bukan untuk keperluan RPH, akan tetapi guna membayar petugas yang melaksanakan pemotongan.
“Kalau itu memang ada biaya tambahan sekitar Rp500 ribu untuk tenaga penyembelih. Bukan untuk RPH,” katanya.
Selain itu, RPH hanya bertugas untuk pemotongan saja. Jika sudah selesai, daging kurban akan diserahkan kepada pemilik untuk dibagikan. “Kalau pembagiannya ya diserahkan kepada pemilik. Kami hanya sampai proses pemotongan saja,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Bidang Peternakan DKP3 Banjarmasin Anwar Ziyadi mengungkapkan, hingga saat ini sudah ada sekitar 260 ekor sapi yang masuk dari target pemenuhan stok sekitar 2 ribu ekor.
“Tahun ini tak jauh berbeda dari tahun lalu ada sekitar 2 ribu ekor. Dan rata-data sudah pada datang. Selain lokal, juga ada dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur,” ucapnya.
Meski kondisi ekonomi saat itu berdampak CoVID-19, akan tetapi itu tak terlalu mempengaruhi permintaan hewan kurban tahun ini. Alasannya, masyarakat cenderung mempersiapkan anggaran sejak jauh-jauh hari.
“Mungkin yang membedakan tahun ini pakai protokol kesehatan CoVID-19. Kami juga membuat surat edaran untuk dibagikan ke masyarakat dan panitia kurban,” jelasnya.
Lebih lanjut, setiap hewan kurban yang tiba sudah dicek kesehatannya guna mengetahui apakah terinfeksi penyakit atau tidak. Apabila ditemukan tentu itu tak dianjurkan untuk dijual.
“Sapi sebelum dikirim sudah diperiksa. Setelah datang di penampungan juga diperiksa. Untuk mengetahui apakah ada penyakit berbahaya juga mengetahui hal lain,” bebernya.
Adapun Medik Veteriner, DKP3 Banjarmasin, drh Anang Wijatmiko mengatakan, pemeriksaan terhadap hewan kurban ini akan dilakukan hingga pelaksanaan ibadah kurban, yang diprediksi jatuh pada 30 Juli mendatang.
“Kalau untuk sementara masih aman tidak ada penyakit yang berbahaya. Paling ada sapi yang kelelahan karena pengiriman melalui transportasi laut yang cukup jauh,” ucapnya usai melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan antemortem dilakukan untuk memastikan ada tidaknya penyakit strategis pada ternak seperti hanya anthrax, jembrana, brucellosis serta penyakit yang bisa menimbulkan bahaya jika dikonsumsi manusia.
Mengingat ternak yang ada di RTH Basirih didatangkan dari luar Kalimantan, seperti Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.(SU)