Suarindonesia – Provinsi Kalsel yang selama ini mengandalkan pembangkit listrik berbahan dasar batu bara?.
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Energi, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Sutikno, daerah ini sudah siap jika harus terjadi penggantian energi fosil dengan energi baru terbarukan (EBT).
Disebutnya, posisi EBT saat ini sudah mencapai 13,37 persen dari total penggunaan energi di Provinsi Kalsel. Dari total 866 MW energi itu, 89 MW di antaranya adalah EBT.
Ditambahkannya, EBT itu berasal dari biomasa 54 MW, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 30 MW, biogas 8,6 MW, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 1,16 MW.
“EBT yang digunakan itu ada yang ongrid (masuk jaringan PLN) dan ada yang offgrid (digunakan sendiri). Energi offgrid digunakan 45 pabrik kelapa sawit menggunakan boiler dari sampah perasan sawit.
Contohnya pabrik Indofood menggunakan cangkang kernel sawit. Sebelumnya perusahaan ini menggunakan batubara untuk mengoperasikan boiler,’’ ujar Sutikno.
Kepala Bidang ESDM Provinsi, Sutikno
Selain EBT seperti yang dijelaskan di atas, dibeberkan Sutikno, Provinsi Kalsel mempunyai potensi EBT yang sangat besar.
Yaitu dari tenaga angin (bayu). Potensi pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Kabupaten Tanahlaut, mencapai 1.400 MW.
Potensi energi tersebut bakal masuk jaringan PLN, sebab, lanjutnya, pembangunan PLTB masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030.
Di samping itu, investor pembangunan PLTB juga sudah tersedia. Tinggal menyelesaikan proses administrasi maka pembangunan bisa direalisasikan.
“PLTB akan menopang energi di Kalsel, karena kemampuannya cukup besar mencapai 1.400 MW.
Selain itu pembangunan PLTB juga sudah masuk RUPTL, sehingga hampir dipastikan terlaksana.
Tahap awal dibangun PLTB kapasitas 70 MW dengan nilai investasi Rp 2 triliun dari PT. Adaro Energi bekerjasama dengan PT. Tala Bayu Lestari,’’ ucap Sutikno, seraya menambahkan juga akan dibangun Bendungan Riam Kiwa, dengan potensi PLTA 30 MW.
Ia menambahkan, jika 2 pembangkit listrik itu terealisasi maka menopang bauran energi di Kalsel.
Total bauran energi dengan EBT sebelumnya hampir 200 MW. Jika 2 pembangkit ini terbangun maka bauran energi di Kalsel mencapai 24,7 persen,’’ bebernya.
Berbicara tentang PLTB, potensi tekanan angin antara 6 sampai 8 meter per detik.
Satu tiang atau tongkat menghasilkan 3 sampai 6 MW per hari. Untuk menghasilkan 70 MW akan dibangun antara 14 sampai 16 tiang pada tahap awal.
“Target Kalsel sampai Kalsel bauran energi sampai 2050 mencapai 3.300 MW.
Dari target itu potensi yang bisa dibangun dengan cepat 2 ribuan MW.
Persentase bauran energi sampai 2050 harus terpenuhi 24,7 persen dari total energi yang ada.(Irwansyah)