SuarIndonesia – Ini kisah sahabat nabi pingsan saat puasa Ramadhan, adalah sahabat nabi Qais bin Shirmah. Sahabat adalah seorang pekebun dan penggembala.
Suatu hari di Bulan Ramadhan, saat sudah memasuki senja, ia hendak pulang dari ladang ingin berbuka puasa bersama istrinya.
Singkat cerita, ia sampai rumah. Dan dengan lembut, ia menyapa istrinya. ”Dengan apa kita berbuka hari ini, duhai istriku?”
Istrinya terdiam sejenak.
”Belum ada, Wahai Qais bin Shirmah suamiku. Tapi tenang saja, aku akan mencari dan buatkan makanan untukmu,” jawab sang istri.
Lantas, istri Qais pun pergi.
Karena capek, Qais berbaring di rumahnya hingga ia tertidur terlelap.
Tak lama kemudian, istrinya pulang. Sang istri yang melihat Qais tidur lelap tak tega membangunkannya. Tidur Qais begitu lama hingga fajar tiba.
Lantas, sang istri membangunkan Qais. Ia meminta Qais makan dan tidak berpuasa dulu esok harinya.
Qais enggan memenuhi permintaan istrinya tersebut karena tidak mau melanggar perintah Allah.
Apalagi Nabi Muhammad baru mendapatkan wahyu perintah berpuasa.
Qais pun pingsan, Dilaporkan ke Rasulullah hingga Turun Ayat Alquran.
Lantas, ia pun beraktivitas seperti biasa. Pergi ke ladang saat pagi hari hingga menjelang siang. Namun, ia kelelahan.
Ia sempat duduk sejenak. Perutnya keroncongan. Ia merasakan pandangannya gelap, lalu ia tiba-tiba pingsan.
Orang-orang yang berada di dekatnya lantas menghampiri Qais yang tergolek pingsan.
Qais dibawa pulang. Kejadian yang menimpa Qais itu dilaporkan kepada Rasulullah.
Rasulullah pun memahami apa yang dialami Qais, ia hanya ingin menjalankan perintah agamanya.
Tak lama setelah kejadian itu, turunlah ayat AlQuran dari Rasululllah. Firman Allah itu termaktub dalam Q.S al-Baqarah [02]: 187
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu”.
Tak lama setelah itu, muncul lagi ayat terusannya:
“Dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar.”
Berdasarkan ayat tersebut, maka sejak saat itu diperbolehkan untuk makan-minum dan hubungan dengan pasangan di malam hari juga diperbolehkan.
Kisah di atas diriwayatkan dari sahih bukhari dan dijadikan tuntunan untuk puasa di bulan suci Ramadhan.
Kisah ini terisamaikan lagi pula pada kuliah tengah malam Jum’at ramadhan dari pengajian rutin Mulia Hati Banjarmasin.
Selanjutnya, hingga kini, yakni anjuran untuk makan minum hingga fajar tiba (subuh) dan dibolehkannya hubungan suami-istri pada malam hari di bulan Ramadhan. (*/ZI)