DIGELAR Religi Expo ke-7 di Siring Nol Kilometer

SuarIndonesia – Seluruh ummat beragama dari berbagai agama, suku dan etnis di Kota Banjarmasin terlihat bahagia ketika gelaran Religi Expo ke-7 resmi dibuka pada Jumat (9/9/2022).

Acara yang digelar oleh Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) bersama Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalimantan Selatan itu menjadi ruang untuk menunjukkan betapa indahnya hidup dalam keberagaman.

Direktur LK3 Banjarmasin, Abdani Solihin mengatakan, gelaran expo yang diikuti oleh warga atau umat lintas agama ini merupakan bentuk upaya pihaknya untuk menunjukkan bahwa semua masyarakat bisa membaur tanpa memandang suku agama maupun ras.

“Kita selalu mendorong pentingnya kerjasama antar agama, suku dan bangsa itu sangat penting,” ucapnya usai membuka acara, Jumat (9/9/2022) petang.

Ia menegaskan, acara tersebut juga menjadi pembuktian bahwa keberagaman adalah sesuatu yang indah tanpa harus membedakan satu sama lain.

“Dengan hidup bersama tanpa melihat apa pun kita mampu membuat keberagaman yahg kita miliki sejak dahulu kala ini menjadi sebuah anugerah,” ungkapnya.

DIGELAR Religi Expo ke-7 di Siring Nol Kilometer (2)

Di Kalsel sendiri, Solihin menilai, tingkat kebebasan beragama dan toleransi yang dianut oleh setiap umat beragama sudah bagus.

“Di acara ini buktinya. Seluruh masyarakat lihtas agama berbaur menjadi satu,” pungkasnya.

Benar saja, dalam acara yang digelar di kawasan Siring Nol Kilometer itu berdiri sederet stand dari komunitas keagamaan dari penganut Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, serta Kong Hu Cu berdiri.Termasuk, stand khusus penghayat kepercayaan di Kalsel juga disediakan.

Mereka terlihat saljhg tegur sapa dan melakukan foto bersama untuk mengabadikan momen dalam Religi Expo ke-7 tahun ini.

Hal tersebut juga diakui oleh Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalimantan Selatan, Arifin Suritiono.

“Rasa toleransi yang tibggi terlihat dalam.acara kali ini. Seluruh masyarakat Kalsel terutama di Banjarmasin ini sudah pasti sabgat mengahargai keberagaman,” ungkapnya.

Di samping itu, dalam acara yang digelar mulai 9 – 11 September 2022 ini, pria yang juga merupakan dewan penasehat LK3 Banjarmasin itu menjelaskan, mengambil konsep perayaan kue bulan atau mooncake festival.

DIGELAR Religi Expo ke-7 di Siring Nol Kilometer (3)

“Ini budaya kami (masyarakat Tionghoa) yang biasanya dilakukan setelah Imlek. Karena perayaan kue bulan ini dilakukan pada saat musim gugur yang dinikmati oleh seluruh masyarakat,” ujarnya.

Dijelaskannya, hal itu dilakukan untuk mengumpulkan seluruh handaitaulan dan sanak saudara untuk mensyukuri nikmat yang dirasakan sampai saat ini.

“Tentunya sambil memanjatkan doa kepada tuhan,” pungkasnya.

Di samping itu, ia menilai, di Bumi Lambung Mangkurat ini tidak pernah bermasalah tehtang keberagaman dalam hidup bermasyarakat.

“Baik itu bagi ummat yang agamanya bisa dibilang minoritas di Banjarmasin. Semuanya baik dan bagus. Kami (warga Tionghoa) pun sangat diterima oleh masyarakat Kalsel,” imbuhnya.

“Karena itu, kami ingin menujukkan bahwa keberagaman ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan indah,” tutupnya. (SU)

 488 kali dilihat,  1 kali dilihat hari ini

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!