SuarIndonesia – Kuliah daring namun tetap menyenangkan menjadi solusi untuk tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar di tengah penyebaran virus corona (Covid-19) pola yang dilakukan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam (STIHSA) Banjarmasin di Jalan Sultan Adam, Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin.
Namun sekarang STIHSA pun sudah membuka kuliah pembelajaran tatap muka, baik ujian maupun perkuliahan dengan sistem protokol kesehatan sesuai anjuran Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kata Ketua STIHSA Banjarmasin Dr H Abdul Halim Shabab SH, MH, kepada awak media, di ruang kerjanya, Rabu (22/07/2020).
Dalam menjalankan kuliah daring ini, beberapa hal kiranya perlu diperhatikan agar aktivitas belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan nyaman.
Kemudian juga dialog dengan dosen bisa tatap muka di Kampus.
Menurutnya, dosen dan mahasiswa perlu membicarakan kembali kontrak belajar khusus di kondisi darurat ini. “Selama kondisi darurat, dosen dan mahasiswa selalu mengupdate kesepakatan. Insya Allah kuliah daring bisa tetap menyenangkan dan aman, dan sesekali baru dibuka kuliah tatap muka,” ujarnya.
Disampaikan, dosen dapat memodifikasi ulang rencana pembalajaran untuk menyesuaikan proporsi penugasan dengan kapasistas tenaga dari dosen dan mahasiswa.
Materi pembelajaran pun secara umum bersifat fleksibel karena dapat dibagikan melalui platform daring yang dapat berupa video praktis.
Ia mengaku perlu shooting untuk mempersiapkan video seminggu sebelum perkuliahan yang akan dibagikan melalui google classroom dan kanal youtube untuk menjalani kuliah daring selama kondisi pandemi dan mahasiswa bisa mengaksesnya.
Begitu juga dalam memberikan materi yang sifatnya ringan dulu untuk memberi waktu kepada mahasiswa memahami materi satu per satu. Kemudian, tingkat kesulitan materi bisa dinaikkan seiring dengan kondisi.
Selama materi diberikan dengan proporsi yang pas dan tidak memberikan tugas yang berlebihan pada mahasiswa, tujuan pembelajaran tetap bisa tercapai.
“Saya perlu waktu melakukan shooting untuk membuat video tutorial dan instruksi seminggu sebelum jadwal kuliah,” ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan advokoat senior ini, dalam proses perubahan kebiasaan akademik ini, dosen perlu bijak dalam menilai kemampuan mahasiswa.
Berubahnya metode tentu akan berpengaruh pada asesment, dosen bisa memilih asesment yang sesuai dengan modifikasi tugas yang diberikan, misalnya untuk penugasan mata kuliah microteaching (simuliasi mengajar bagi mahaiswa pendidikan), yang awalnya luring menjadi video.
Artinya dosen tidak perlu menilai kualitas video, tetap fokus pada penilaian mengajarnya.
“Meskipun kualitas video tidak terlalu baik, tetapi jangan sampai mengurangi penilaian mengajar. Karena tujuan dari mata kuliah tersebut adalah menilai kemampuan mengajar mahasiswa,” terangnya.
Namun demikian, penuntasan penugasan daring kerap membutuhkan artikel jurnal ilmiah untuk menunjang pemahaman materi bagi mahasiswa.
Mantan pengacara beken ini berpendapat jumlah sitasi pada jurnal belum menjadi pertimbangan utama, tetapi lebih memperhatikan pada kualitas pemahaman para mahasiswa.
“Mahasiswa dapat diminta mencari maksimal tiga sitasi, tetapi harus berkualitas. Misalnya dari jurnal ter-index scopus/sinta, web atau blog dari para tokoh praktisi pendidikan atau ahli, akun sosial media lembaga resmi negara, maupun kanal youtube para dosen atau tokoh keilmuan,” papar Halim Shabab.(SU)