Suarindonesia – Waspada, berdasarkan prediksi BMKG, awal Bulan Mei sudah mulai masuk musim panas atau kemarau, di mana puncaknya akan terjadi di Agustus dan Oktober 2019.
Seperti sebelumnya, Lahan yang terbakar rata-rata di lahan Areal Penggunaan Lain (APL) atau lahan tidur non produktif yang diketahui semak belukar.
Termasuk salah satunya di Guntung Damar Banjarbaru yang menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) setiap tahunnya.
Oleh Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor, diminta untuk kepada pemangku wilayah dan kepentingan lahan itu harus dialihkan ke areal produktif. Sebab memasuki musim kemarau karhutla mulai mengintai.
Sementara sepanjang 2018, terjadi 946 kali kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan 727 titik panas (hotspot).
“Menghindari karhutla dengan mengubah areal tidur itu dengan areal perkebunan. Pak gubernur mengarahkan demikian, dengan harapan agar kawasan itu dirawat.
Jika dijadikan kebun maka otomatis akan dirawat oleh si pengelola kebunnya,” kata Wahyuddin di sela Rapat Koordinasi Terpadu Dalam Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan, di Gedung Idham Chalid, Senin (29/4)
Dijelaskan Wahyuddin, selain difokuskan ke penanganan Bandara, juga ada beberapa strategi penanganan karhutla yakni dengan membentuk satgas.
“Kalau sudah ada dua daerah yang menetapkan Siaga darurat karhutla. Maka Kalsel juga sudah siap statusnya untuk Siaga. Namun saat ini belum ada yang menetapkan.
Akan tetapi dilaporkan titik yang rawan tingkat karhutla terdapat di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Tapin,” kata Wahyuddin.
Adapun dukungan kongkrit pemerintah Provinsi Kalsel untuk mengantisipasi sedini mungkin akan terjadinya Karhutla, Pemerintah melalui Gubernur Kalsel telah dikeluarkan surat edaran kepada Bupati/Walikota se Kalsel terkait antisipasi dan kesiapsiagaan dalam pencegahan dan penanggulangan Karhutla.(RW)