Suarindonesia – Di bulan biasa, keperluan sapi di Kalsel hanya di kisaran 3. 000 ekor, jika melihat angka ini sangat aman karena tersedia dua kali lipat lebih.
Dijelaskan Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kalsel, Rina Savita sapi di Kalsel jenisnya adalah Sapi Bali, Limosin, Madura, dan sapi Peranakan Ongol (PO) atau sapi putih.
Diutarakannya untuk produksi sapi di dalam daerah, saat ini ada daerah daerah unggulan semisal Pelaihari, Kabupaten Banjar, dan sebagian Batola.
Menurutnya, saat ini ketersediaan sapi sebanyak 7.000 ekor. Jumlah itu diyakini mencukupi kebutuhan daging di Kalsel selama bulan Ramadan hingga hari raya Idul Fitri mendatang.
“Meski pun Kalsel ada sentra perkembangan sapi, tapi masih dirasa kurang sehingga disuplai sapi dari luar daerah.
Biasanya masok dari NTB, Jatim, Sulsel. Estimasinya sapi dari luar sekitar 2. 000 sapi,” lontarnya.
Kendati masih masok sapi dari daerah lain, Sapi luar berkurang dari tahun 2017 sebanyak 35. 000 pertahun kini di 2018 menjadi 33.000.
“Jadi hitungan ya sapi luar Kalsel banyak masuk, selain itu juga ada yang hanya numpang lewat, tujuan ke Kaltim dan Kalteng, sebagian hanya dikonsumsi di Kalsel,” kata Rina Savita.
Daging sapi agar dipastikan sehat juga diketahui dari riwayatnya. Karena itu warga juga diimbau untuk membeli sapi yang ada surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).
” Di Kalsel juga demikian. Kalau ada sapi dari luar masuk Kalsel itu harus ada SKKH, di mana surat itulah yang menyatakan sehat. Jika tidak ada itu tidak bisa masuk Kalsel dilarang,” kata Rina Savita.
Selain itu disarankan untuk memotong sapinya ke Rumah Potong Hewan (RPH) yang sudah ada petugas yang mengontrol bahwa daging sapinya layak untuk dikonsumsi.(RW)