SuarIndonesia – Guna mempercepat langkah penanganan kasus Covid-19, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin bakal mendatangkan 15 unit alat pendeteksi Covid-19, yakni GeNose C19.
Pasalnya, selain dengan melakukan 4T (testing, tracing, tracking dan treatment) yang sudah lebih masif untuk menekan lajunya penyebaran Covid-19, alat buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini dirasa perlu diadakan lantaran tingkat keakuratannya yang mencapai 93%.
Seusai mendapatkan izin edar secara resmi dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020 lalu, GeNose C19 kini sudah digunakan di sejumlah daerah.
Alasannya, tak lain lantaran kecepatan deteksi yang hanya memerlukan waktu yang lebih cepat alias kurang dari 20 menit dengan tingkat keakuratan yang tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, Machli Riyadi menjelaskan bahwa dalam waktu dekat atau di tahun ini pihaknya bakal juga memakai GeNose C19 tersebut di Kota Banjarmasin.
“Karena sudah diakui sebagai alat penegakan diagnosa. Jadi tahun ini Dinkes menganggarkan untuk membeli peralatan GeNose C19,” ucapnya saat ditemukan awak media beberapa waktu lalu.
Ia membeberkan, ke depannya GeNose yang diperlukan sebanyak 15 unit. Diletakkan di sejumlah Puskesmas yang sudah berstatus BLUD (badan layanan umum daerah). Dan satu unit di Dinkes Kota Banjarmasin.
“Satu unit harganya kurang lebih Rp68 juta. Alat itu efektif dan efisien karena biaya operasionalnya relatif murah. Kurang lebih Rp40 ribu sampai Rp50 ribu, dan dalam waktu 20 menit penegakan diagnosa sudah bisa ditentukan,” tambahnya.
Lantas bagaimana dengan alat PCR yang ada? Apakah masih dipakai nantinya? Machli mengaku alat PCR tetap dipakai sebagai penopang. Ia meyakini tak cukup hanya dengan GeNose C19 saja.
“Cara diagnosa dengan PCR tetap menjadi golden metode untuk menegakkan diagnosa,” tutupnya.
Seperti yang sudah diketahui. GeNose C19 merupakan alat pendeteksi COVID-19 buatan ahli UGM dan dikembangkan bersama dengan PT Swayasa Prakarsa di bawah dukungan UGM Science Techno Park.
GeNose C19 sendiri adalah inovasi pertama di Indonesia, sebagai alat pendeteksi COVID-19 melalui embusan nafas yang kemudian terhubung pada sistem komputer untuk mendapatkan diagnosis secara real time.
Tidak hanya itu. GeNose C19 juga mampu bekerja secara paralel melalui proses diagnosis yang tersentral di dalam sistem sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terkoneksi.
Data yang terkumpul di dalam sistem selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan pemetaan, pelacakan dan pemantauan penyebaran pandemi secara aktual. (SU)